Wednesday, February 22, 2012

Bapak Supir dan Taksinya

Bisa dibilang setiap malam saya pulang menggunakan taksi dari kantor saya di daerah Cikini ke rumah saya di daerah Lebak Bulus. Taksi apa? Saya nggak sembarangan pilih taksi karena takut terjadi apa-apa. Biasanya saya bergantian menggunakan Blue Bird atau Express. Syukur-syukur kalau ada taksi Gamya lewat karena taksi dengan warna hijau khas tersebut armadanya masih belum terlalu banyak dan jarang lewat depan kantor.

Pernah sekali naik taksi Putra dan taksi Diamond. Yang kedua itu karena sudah telanjur dipanggilkan rekan kerja saya yang waktu itu juga menunggu taksi. Untungnya tidak terjadi apa-apa dan saya sampai di rumah dengan selamat. Namun setelah itu, taksi Diamond itu mogok tak lama setelah mengantar saya. Memang sewaktu dalam perjalanan, taksi sempat mengisi bensin walaupun hanya sekitar 30 ribu kalau tidak salah.

Saya nggak memandang supir taksi dengan sebelah mata karena menurut saya kita sama-sama bekerja cari duit. Saya juga nggak menyamakan mereka dengan supir bus yang nyetirnya ugal-ugalan dan punya sen kiri 2 (tangan keneknya, tambah 1 lagi kalau dia juga teriak-teriak) walaupun saya juga pernah dapat supir taksi yang nyetirnya ngebut. Adalah hak penumpang untuk memperingatkan supir jika dirasa cara menyetirnya membahayakan. Untungnya juga selama ini saya belum pernah memiliki pengalaman buruk dengan taksi dan supirnya.

Kalau soal supir yang tidak tahu jalan, kadang saya maklum saja. Supir taksi memang punya daerah kekuasaan dimana mereka lebih hafal daerah tersebut dan ada daerah yang mereka kurang hafal. Saya hanya mengambil 1 rute kalau pulang jadi hampir selalu saya lewat rute itu. Pernah suatu kali saya dapat supir taksi yang tidak tahu bedanya Antasari dan Fatmawati tapi belagak tahu saja. Akhirnya sebelum turun, saya tegur dia baik-baik dan lebih baik bilang sebelumnya kalau tidak tahu jalan.

Saya berpendapat seperti di atas bukan karena saya atau keluarga saya adalah kerabat pendiri perusahaan taksi. Saya hanya ingin membuat perjalanan pulang saya menyenangkan tanpa perlu selalu teringat pada stereotip terhadap mereka, bapak supir dan taksinya. (Oh ya, tidak selalu Bapak. Beberapa kali saya dapat supir Blue Bird perempuan. Yang paling saya ingat, saya pernah dapat supir perempuan mirip Anggun. Rambutnya tergerai panjang, kurus, dan dari samping wajahnya mirip sekali dengan pelantun lagu 'Hanyalah Cinta' itu. Supir dari pool J (Perigi - Bintaro) tersebut juga menyapa saya dengan suara yang tidak kalah beratnya).

3 comments:

  1. wah.. kayaknya kalo maw ngomongin taksi dan supirnya gak cukup 1 post nih lene ^__^

    ReplyDelete
    Replies
    1. ini Alicia ya? (habis fbmu ada Ryuu Ryuunya juga, hehe) iya ini baru depannya, nanti ceritanya di next post lah hahaha

      Delete
    2. Yoi.. demi kesejahtraan hidup nama pena itu biasanya suka saya samarkan ^__^ ya tapi orang yg tau ya tau ajah :P

      nanti kapan2 saya jg cerita tentang taksi @___@

      Delete